Articles

16/03/2017

Share :

Beberapa pertanyaan yang sering disampaikan oleh pasien pada saat konsultasi adalah: “ Apakah minyak yang baik untuk saya? Apakah saya harus mengganti minyak goreng dengan minyak jagung atau minyak zaitun? “ Ketika disampaikan bahwa menggoreng dengan minyak kelapa itu adalah alternatif yang baik, hampir semua pasien merasa heran dan berkomentar: “Bukankan minyak kelapa itu dapat meningkatkan kolesterol? Wah , bukannya minyak kelapa itu tidak sehat? Bukankah minyak kelapa itu jelek untuk kesehatan? Dok, kan minyak kelapa itu bisa membeku di dalam darah”

Munculnya pernyataan dan pertanyaan tersebut berawal dari rekomendasi lembaga kesehatan di Amerika yang menyatakan bahwa asupan asam lemak jenuh atau saturated fatty acid (SAFA) perlu dikurangi karena berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol plasma (di dalam darah) dan peningkatan kolesterol plasma berkaitan dengan peningkatan risiko terkena penyakit kardiovaskuler (penyumbatan pembuluh darah jantung dan stroke). SAFA adalah asam lemak jenuh yang terdapat pada lemak hewani dan lemak tumbuhan. Semua lemak hewani mengandung SAFA dengan jumlah atom C 18. Lemak nabati yang mengandung jumlah SAFA terbanyak adalah minyak kelapa yaitu sebanyak 92,7%, sehingga minyak kelapa menjadi minyak yang dijauhi karena dikhawatirkan akan meningkatkan kolesterol plasma.

SAFA pada minyak kelapa memiliki karakterististik yang lain, karena 59,7% adalah SAFA dengan panjang rantai sedang yaitu C8, C10 dan C12. Karakteristik inilah yang menyebabkan minyak kelapa meskipun mengandung SAFA yang banyak, namun karena panjang rantainya sedang, maka lebih mudah diserap, lebih mudah dicerna dan lebih mudah dimetabolisme menjadi energi, serta lebih sulit diubah menjadi kolesterol atau diubah menjadi trigliserida yang akan menyebabkan peningkatan trigliserida dalam darah atau meningkatkan berat badan.

Beberapa penelitian pada masyarakat yang dalam kesehariannya mengkonsumsi minyak kelapa cukup banyak ternyata memiliki kadar kolesterol darah yang normal dan tidak ada yang menderita penyakit kardiovaskuler. Suku Tokelau yang hidup di kepalauan New Zealand, menggunakan kelapa dan produknya adalam kehidupan keseharian mereka. 63% dari asupan lemak harian mereka berasal dari produk kelapa dan minyak kelapa. Kadar Kolesterol total dan trigliserida mereka reratanya normal, dan tidak ada satupun yang menderita penyakit kardiovaskular. Demikian pula penelitian yang dilakukan di Ciamis, Jawa Barat tahun 2008 (oleh penulis) menunjukkan pada populasi perajin minyak kelapa yang asupan minyak kelapanya sehari-hari mencapai lebih dari 30% dari asupan lemak total, ternyata mayoritas memiliki kadar kolesterol yang normal, dan 100% memiliki risiko PKV yang rendah.

Fakta lainnya adalah, sampai dengan tahun 70an, mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan minyak kelapa dalam kesehariannya dan survey kesehatan saat itu menunjukkan bahwa penyebab kematian no.1 adalah penyakit Infeksi. Setelah tahun 70an, konsumsi minyak bergeser menjadi minyak kelapa sawit dan tahun 80an hingga sekarang minyak sawit menjadi minyak yang mayoritas digunakan oleh masyarakat Indonesia, dan dari tahun 80an hingga sekarang penyebab kematian no. 1 di Indonesia bukan lagi penyakit infeksi tapi penyakit kardiovaskuler (penyumbatan pembuluh darah jantung dan stroke) yang didahului dengan tingginya kadar kolesterol total, tingginya kolesterol-LDL dan rendahnya kolesterol-HDL.

Risiko penyakit kardiovaskuler dapat ditentukan dengan melihat rasio kadar Kolesterol-LDL/kolesterol-HDL. Makin tinggi rasio tersebut, maka makin berisiko terkena penyakit kardiovaskuler. Pada penelitian di Ciamis , Jawa Barat terbukti semua pengkonsumsi minyak kelapa memiliki rasio kolesterol-LDL/kolesterol-HDL yang rendah sehingga disimpulkan 100% populasi pengkonsumsi minyak kelapa tersebut memiliki risiko PKV yang rendah.

Berdasarkan data-data di atas, maka minyak kelapa adalah minyak yang aman untuk digunakan dan tidak perlu dijauhi karena tidak meningkatkan risiko PKV.

Berita Terkait

butuh bahan baku kelapa terbaik?