Tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia memiliki potensi besar di bidang produksi minyak kelapa. Produk minyak kelapa mentah atau Crude Coconut Oil (CCO) asal Indonesia dinobatkan sebagai yang terbaik di seluruh dunia. Didukung oleh kondisi geografis dan iklim tropis, tak heran jika negara kepualaun ini mampu menghasilkan tanaman kelapa berkualitas.
Salah satu produk turunan kelapa yang sangat diminati adalah minyak goreng. Hampir semua minyak goreng produksi dalam negeri tergolong sebagai minyak goreng premium. Dengan pengolahan yang sesuai standar mutu, minyak goreng produksi Indonesia mampu menembus pasar ekspor.
Industri minyak kelapa nasional juga semakin berkembang, hal ini terlihat dari banyaknya pabrik pengolahan kelapa yang bermunculan di Indonesia. Dengan teknologi dan inovasi, industri minyak kelapa dapat menghasilkan berbagai produk turunan dari kelapa seperti mentega, kosmetik hingga biodiesel.
Sebelum lebih jauh, mari kita membahas tentang proses pengolahan minyak kelapa di Indonesia sebagai berikut.
Secara sederhana, kelapa kering atau kopra akan melalui berbagai tahapan sebelum menghasilkan minyak kelapa, antara lain rafined section, bleaching section dan deodorizing.
Pada proses ini, kopra yang sudah benar-benar kering kemudian dipanaskan berulang kali menggunakan mesin khusus. Pemanasan ini dilakukan untuk mengendapkan getah dan berbagai senyawa logam atau kotoran yang masih terkandung pada kopra.
Proses selanjutnya adalah bleaching section. Tahapan ini dilalui untuk mengendapkan kembali kotoran yang tersisa dalam minyak dengan mesin bleacher. Proses ini dilakukan untuk menyerap berbagai kotoran atau residu yang masih terkandung pada minyak, sehingga minyak yang masih pekat akan berubah warna menjadi bening. Setelah itu, minyak kemudian akan melalui proses filtrasi untuk menghilangkan partikel halus yang masih tersisa.
Setelah melalui proses bleaching, minyak kelapa akan diproses kembali menggunakan deodorizer. Sebelum masuk mesin deodorizer, minyak dipanaskan dahulu menggunakan uap bersuhu tinggi. Setelah dipanaskan minyak mentah dialirkan ke alat deodorizer untuk menghilangkan bau tengik dan fatty acid yang masih terkandung dalam minyak tersebut.
Sejak dahulu, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil minyak kelapa terbesar dan terbaik di dunia. Luas lahan kelapa di Indonesia mencapai 3,88 juta hektar, di mana 97 persen di antaranya merupakan perkebunan rakyat. Dengan lahan seluas itu, Indonesia mampu memproduksi 3,2 juta ton kopra per sekali panen.
Melihat data tersebut, jika dikelola secara benar, Indonesia dapat menghasilkan devisa yang besar hanya dari mengolah tanaman kelapa. Masalahnya, pemberdayaan petani kelapa di Indonesia belum menjadi prioritas. Walhasil, masih banyak petani yang belum bisa memenuhi standar kualitas bahan baku kelapa yang dibutuhkan industri minyak kelapa.
Hingga saat ini, sebagian besar petani di Indonesia hanya mampu menjual kelapa mentah atau kopra kering yang belum memenuhi standar produksi. Misalnya virgin coconut oil (VCO), selain minyak goreng, VCO merupakan salah satu produk turunan yang sangat diminati.
Produk VCO sempat berjaya di Indonesia, kala itu setiap daerah penghasil kelapa diminta untuk memproduksi VCO dalam jumlah besar, APBD pun dialirkan untuk mengembangkan VCO nasional. Namun kenyataannya, proyek ini belum berjalan mulus dan mandeg di tengah jalan.
Kondisi ini sebenarnya disebabkan oleh ketidak siapan pemerintah daerah dalam memasarkan produk VCO. Selain itu, program-program pemberdayaan yang dilakukan juga kurang tepat sasaran. Banyak anggaran yang dihabiskan untuk kelompok yang kurang tepat atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang pengolahan kelapa.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menyiapkan program kemitraan bersama industri besar. Industri minyak kelapa yang bermain di bidang ekspor tentu memiliki pemahaman tentang target pasar produknya. Sehingga, setiap bahan baku yang diproduksi masyarakat akan terserap secara maksimal.
Saat ini, yang bisa dilakukan pemerintah adalah merancang program yang fokus mengembangkan minyak kelapa untuk pasar dalam negeri. Tingkat konsumsi minyak goreng sangat tinggi di masyarakat, jangan sampai minyak goreng yang beredar di masyarakat justru berasal dari produk asing.
Selain minyak kelapa, industri minyak sawit pun memberi dampak besar terhadap perekonomian masyarakat Indonesia. Dalam perekonomian makro, industri sawit dikatakan sangat berperan untuk meningkatkan laju perekonomian nasional.
Tak hanya itu, perkebunan sawit di Indonesia telah terbukti membangun ekonomi kerakyatan dan menyerap tenaga kerja. Maka dari itu, kombinasi antara industri minyak kelapa dan sawit harus terjalin secara sinergis.
Saat ini, kebutuhan dunia akan sawit mencapai 25 juta ton, dan Indonesia termasuk sebagai negara pemasok minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Komoditas kelapa sawit sendiri telah menyumbang devisa negara mencapai Rp. 300 triliun.
Industri minyak sawit memiliki peran strategi dalam pembangunan daerah pinggiran di Indonesia. Munculnya sentra-sentra sawit terbukti efektif untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia. Sebuah perkebunan kelapa sawit kerap melibatkan banyak usaha rumah tangga petani dan usaha kecil mikro menengah (UMKM).
Luas perkebunan sawi di Indonesia bahkan mencapai 11 juta hektar (Kementerian Pertanian 2015). Pada tahun 2014 lalu, pangsa pasar sawit rakyat telah mencapai 42 persen, artinya bahan baku kelapa sawit yang dikelola perkebunan rakyat telah diakui oleh pasar industri. Pada tahun 2020 ini, pangsa pasar sawit rakyat diprediksi mencapai 50 persen dan akan bersinergi dengan sawit swasta.
Mengingat kebutuhan energi yang semakin meningkat, sawit justru memiliki fungsi besar dalam membantun kedaulatan energi. Saat BBM fosil impor yang semakin mengganggu neraca perdagangan nasional justru bisa diminimalkan dengan energi terbarukan.
Kelapa sawit dapat dikembangkan menjadi biodiesel. Energi terbarukan dari kelapa sawit ini sudah diuji beberapa kali. Hasilnya, biodiesel dari sawit dapat digunakan untuk menjalankan mesin berbahan bakar solar. Jika dikelola secara benar, biodiesel sawit tentu akan menghemat devisa karena mengurangi pembelian solar impor.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menyebut bahwa limbah kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak berpotensi menghasilkan energi listrik yang cukup besar. Tak tanggung-tanggung, limbah kelapa sawit dapat menghasilkan energi sebanyak 12.654 Mega Watt.
Limbah cair yang dihasilkan dari sisa pengolahan kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Jumlah limbah cair ini mencapai 600 sampai 700 liter per hari. Tentunya, ini menjadi potensi besar yang harus dikembangkan di Indonesia.
Pemaparan di atas menunjukkan betapa Indonesia memiliki potensi besar di bidang industri minyak kelapa dan sawit. Diperlukan program dan pengelolaan yang tepat untuk menjadikan industri ini sebagai industri strategis nasional.
Salah satu contoh industri minyak kelapa yang berhasil di Indonesia adalah PT. Sari Mas Permai. Perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minyak kelapa berkualitas tinggi ini telah memproduksi minyak goreng sejak tahun 1978.
Ditunjang dengan fasilitas dan peralatan canggih, PT. Sari Mas Permai juga telah memproduksi minyak goreng kelapa sejak tahun 2000 an silam. Produk dari PT. Sari Mas Permai bahkan sudah diekspor ke berbagai negara di dunia. Hingga kini, perusahaan yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur ini sudah mengekspor ke 26 negara di Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika bahkan Eropa dan Amerika Serikat.
Dengan pengalaman lebih dari 33 tahun, PT. Sari Mas Permai berkomitmen untuk menyediakan produk minyak berkualitas, sehat dan berkualitas tinggi. Didukung oleh praktik manufaktur yang ketat, setiap produknya dibuat dari bahan baku premium demi menghasilkan minyak goreng sehat terbaik.