Anda mungkin bertanya-tanya, “Jika minyak kelapa memang sebagus yang Anda katakan, mengapa reputasinya begitu buruk?” Alasan paling sederhananya adalah politik uang dan kesalahpahaman. Semua orang mengenal minyak kelapa sebagai lemak jenuh, dan kita terus-menerus diminta mengurangi asupan lemak jenuh. Kata-kata “lemak jenuh” hampir disinonimkan dengan “penyakit jantung”. Sangat sedikit yang diketahui orang mengenai perbedaan antara lemak jenuh rantai-sedang (Medium Chain Fatty Acids) dalam minyak kelapa dengan lemak jenuh rantai-panjang (Long Chain Fatty Acids) dalam daging dan makanan lain.
Bagi sebagian besar orang, lemak jenuh adalah lemak jenuh—suatu bahan jahat yang mengintai dalam makanan, menunggu kesempatan untuk menyerang dan menjatuhkan Anda dengan serangan jantung. Bahkan profesional kesehatan (medis konvensional) tidak mengetahui adanya perbedaan. Sebagian besar bahkan tidak tahu ada lebih dari satu jenis lemak jenuh. Sayangnya, banyak pekerja kesehatan dan penulis kesehatan serta kebugaran hanya mengulangi yang mereka dengar dan tidak memahami lemak serta bagaimana pengaruhnya pada tubuh. Hanya baru-baru ini lah kebenaran mengenai minyak kelapa mulai muncul kembali.
Bagaimanapun juga menjadi seimbang adalah kuncinya. Untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan, lebih layak untuk memprioritaskan pola makan yang seimbang dan teratur. Walau bagaimanapun, minyak kelapa tetap mengandung lemak jenuh, maka jangan mengonsumsinya secara berlebihan. Hal ini juga berlaku pada wanita hamil atau menyusui dimana penggunaan minyak kelapa yang berlebihan tentu saja tidak disarankan. Beruntung, minyak kelapa terbukti aman dan bermanfaat untuk pemakaian luar, termasuk jika dikombinasikan dengan produk herbal.